Adlen Writting Commissions (OPEN WAITLIST)

Daftar Harga

  • Orifiction : 40 rupiah/kata

  • Fanfiksi : 45 rupiah/kata

  • + 10 rupiah/kata = untuk nsfw (Gore, depression theme, sex scenes 18+/21+), horor, thriller/mystery, multichapter (atau jumlah kata melebihi 5k words)

  • + 20 rupiah/kata = untuk nsfw/sex scenes hardcore, fantasy, adventure, historical, action, science fiction

  • Harga x2 untuk commercial use

  • Ada empat tipe jasa tulisan fiksi; stories (meliputi; flashfict, drabble, oneshoot, multichapter), love letter/surat, poetry, songfict. Harga tetap seperti yang di atas, jika terdapat kelebihan kata, hal tersebut merupakan bonus

  • Menerima penulisan songfict dengan alur darimu, maupun hasil diskusi bersama

Informasi

  • Pengerjaan sesuai banyak kata, kerumitan plot dan antrian.

  • Penulis biasa menghasilkan 500-1k words perhari. Tapi mohon dicek progres, apakah sudah masuk giliranmu atau belum.

  • Maksimal 5000 kata. Namun tetap menerima pengerjaan di atas 5000 kata, dengan syarat biaya tambahan sebesar +10 rupiah/kata.

  • Minimal pemesanan 300 kata.

  • Harga komersial dikalikan dua dari harga asli.

  • Payment via dana / gopay.

  • Sistem DP saat alur disetujui, atau bayar lunas saat alur disetujui.

  • Tidak menerima refund.

  • Form pemesanan akan diberikan setelah klien menghubungi penulis

  • Menerima revisi alur (hanya sekali, dan tidak mengubah ending, hanya memperbaiki, atau menghapus, dan memasangkan scenes saja). Jika ingin revisi alur lagi, maka dikenakan biaya tambahan.

  • Revisi typo dan kesalahan kepenulisan sampai pembeli puas.

Kategori Pesanan yang Diterima

  • Fanfiksi

  • Orifict

  • Love letter/jenis letter lainnya selagi masih fiksi bukan non-fiksi

  • Puisi

  • Fandom apapun asalkan masih 2D (anime, game, manga, manhwa)

  • Menerima semua genre kecuali religi

  • BL/GL/straight

  • Implisit / eksplisit nsfw scenes untuk straight

  • Implisit / eksplisit / hardcore nsfw scenes untuk BL

  • Tidak menerima nsfw untuk GL

  • Yumeship ( Canon X oc )

  • Oc X Oc

  • Canon X Canon

  • Multichapter/meneruskan chapter

Kategori Pesanan yang Tidak Diterima

  • Real person

  • Incest

  • Yumeship Arthur Kirkland (oc X Iggy)

  • Notp Hetalia (usuk)

  • Notp HSR (RenHeng/JingHeng)

CATATAN Tambahan

  • Fandom yang pernah ditulis : Hetalia, Katekyo Hitman Reborn, Gintama, Naruto, Boruto, Made in Abbys, Haikyuu, Mobile Legends, Sky Children of The Light, Golden Kamuy, Demon Slayer, Dragon Balls, Idolish7, Twisted Wonderland, dll

  • Anime yang pernah ditonton : Naruto, Demon Slayer, Katekyo Hitman Reborn, Hetalia, one punch man, Haikyuu, Tokrev, AoT, Ansatsu, dan masih banyak lagi, silakan tanyakan, saya lihai meriset karakter beserta fandom fav kalian!

  • Game : mobile Legends, cookie run, sky children of the light, genshin impact, Honkai Star Rail, Twisted Wonderland, Enstars, ikemen series

  • Jika ingin memesan diluar fandom, saya akan sering datang berkunjung untuk bertanya serta melakukan interview perihal karakter cerita dll. Tentunya akan disertai riset sendiri.

  • Setelah alur disetujui, proses penulisan akan dimulai, diharapkan jangan malu menanyakan progres

  • Saya akan mengabari klien ketika progres sudah mencapai setengah pengerjaan. Bisa dicek juga di bagian progres!

  • Akan diberikan kabar jikalau terjadi kendala atau terdapat kondisi dimana penulis diharuskan menangguhkan pengerjaan komisi untuk sementara.

Samples lainnya - yaoi ship

"Awasi adikku, jangan sampai terjadi kekacauan." Ogata kembali mengisap tembakau emas yang sebagian batangnya diselimuti daun tembakau hitam: tampak elegan bersama potretnya yang mapan. "Biarkan dia mengacau sedikit, tapi jangan kebablasan." Ia pergi setelah mendapat jawaban pasti.Sugimoto ingin sekali membalas, 'Seharusnya biarkan Tuan Muda di rumah hari ini, jika ia memang mengganggu bisnismu!' Tapi apa daya, diam lebih baik.Setelah kepergian Ogata, Sugimoto mencari keberadaan Yuusaku. Kali terakhir ditinggalkan, Tuan Muda tengah merokok di sudut ruangan, dekat jendela. Ternyata masih di sana, syukurlah! Cepat-cepat ia mendekat.Yuusaku menghadap depan saat ajudannya tiba. Alisnya terangkat satu; ia tersenyum manis, dipadukan dengan sorot mata mengantuk yang bisa menafsirkan banyak hal. Terlebih, mata itu adalah mata orang sakit. Tidak ada obrolan singkat karena acara sudah dimulai. Pesta kali ini bukan serta merta jamuan tanda persahabatan belaka, namun sebagai ajang eksklusif dalam mendemonstrasikan barang baru yang di masa depan akan menggentarkan dunia bawah—tempat para penjahat elit bersemayam.Sugimoto memberikan jarak beberapa meter di belakang tuan muda. Yuusaku seringkali dihampiri tokoh-tokoh penting: untuk itu butuh jarak antar tuan dan ajudan. Obrolan mereka seputar remeh-temeh perihal; kabar, merek pakaian mahal, cuaca Tokyo yang akhir-akhir ini sering didatangi hujan, kemudian sedikit tentang kelancaran bisnis rumah Hanazawa. Sugimoto tidak perlu repot-repot mengawasi obrolan itu, Yuusaku tengah stabil, ia mampu menjawab: walau pada pertanyaan terakhir ia malah menceritakan kakaknya.Acara formal sudah selesai. Ogata naik ke mimbar guna menutup cuap-cuap bisnis sekaligus membuka jamuan bebas, "Silakan nikmati apa saja yang kami punya!" Senyuman terpatri di wajahnya yang bengis. "Demi kemakmuran kita semua, bersulang!" Suara dentingan gelas beradu, riuh sekali. Dengan demikian, acara formal ditutup dan acara tak resmi menguasai aula besar itu.Sugimoto tergesa mengikuti Yuusaku. Tuan mudanya dibawa pergi pria setengah abad dan berlabuh ke dekat anggur-anggur segar tertuang. Langkah Sugimoto lebar nan cepat, keningnya mengernyit tak suka saat tangan nakal pria asing meremas pinggul Yuusaku. Yuusaku merespons senang, gigi rapinya tampil ke permukaan, serta diselingi tawa melengking bahagia. Hati Sugimoto dibuat panas, namun bukan kali ini saja perasaan cemburu ikut campur selama bekerja. Setiap kali perasaan aneh itu menyelip di rongga dada, Sugimoto selalu punya cara—harus—agar mampu bertahan sampai akhir.Tak ada celah bagi Sugimoto untuk singgah ke samping Yuusaku, karena gerombolan pria datang lebih dulu. Kurang lebih ada tujuh orang. Kini delapan orang mengerumuni putra kedua mendiang Hanazawa. Gerak-gerik mereka tampak mencurigakan, namun Yuusaku tidak keberatan sama sekali. Sugimoto menahan pekikan tatkala Yuusaku berbagi ciuman dengan salah seorang pria. Ia tahu, tubuh elok tuan muda sering kali dijamah pria lain. Ini bukan hal aneh, tapi dilakukan selama pesta: baru kali pertama.Decakan basah lidah disusul riuh di tempat Yuusaku, membuat jantung Sugimoto berdetak pilu. Ia menunduk sebentar, memantapkan diri bahwa waktu akan segera berlalu! Dan rasa sakit ini tak akan bertahan selamanya. Setelah bersusah payah, Sugimoto dapat juga mengikis jarak beberapa langkah. Namun, kala itu, Yuusaku—tanpa sebab jelas—menendang meja berisi gelas-gelas wine: memberikan cukup alasan bagi siapa saja untuk menoleh dan memusatkan perhatian. "APA MAKSUDNYA INI?! TIDAK! Bukan begini kalau mau main denganku, oke?!" Yuusaku maju beberapa langkah, menampar satu pria terdekat sampai menghasilkan bunyi nyaring. Pria-pria lain bergegas menahan tubuh Yuusaku. Sepintas Sugimoto melihat getaran aneh di kaki Yuusaku. Namun, tuan muda tidak tampak melemah, ia bisa menghalau siapa saja yang datang. Malah ketika coba diringkus enam orang, ia berhasil menghempaskan mereka satu per satu. Amat malang nasib pria yang kini babak belur; cuma dia yang bisa digapai Yuusaku, dan wajahnya rusak total oleh tinju beruntun.Ogata datang mendekat, menyaksikan peristiwa rusuh ditemani segelas anggur. Sugimoto segera terjun masuk sebelum tamu lain bernasib malang: atau paling tidak, semoga saja tak ada korban jiwa."Yuusaku-sama! Tahan dirimu! Apa yang terjadi?!" Dengan suara lantang, kedua tangan Sugimoto menahan tubuh Yuusaku. Pria yang sesaat lalu adalah sosok tenang dan ramah: berubah beringas. Sugimoto amat kesusahan menahan bobotnya."KEMARI, KAU! SIAPA YANG MENARUH OBAT ANEH?! KUBUNUH KAU!" Yuusaku menghantam dagu Sugimoto dengan kepala. Saat terbebas, ia meninju sisa keparat—menurut pandangan dia—yang bukannya lari, malah mencoba menahan tubuhnya lagi."Ayolah! Itu hanya afrodisiak!" aku salah seorang paruh baya. Rahang tegas Yuusaku semakin tercetak kuat: kini diliputi amarah. Belum tuntas pengakuan dari para calon partner seks—sebab itulah terjadi aksi ciuman tadi—Yuusaku sudah membungkam rahang mereka dan berakhir dengan terhempasnya beberapa orang. Bukan hanya melesat ke tamu lain, tapi juga mendarat keras di salah satu jamuan—merusaknya total.Ogata menyesap anggur pelan-pelan, membiarkan korban dari sang adik batuk darah di dekat kaki. Keadaan semakin kacau tatkala Yuusaku meraih botol-botol alkohol; menyerang sisa pria tanpa ampun, rahangnya ikut bertindak sebagai senjata lain berupa gigitan yang menghasilkan jeritan pilu serta melukis lantai putih dengan cucuran darah: untuk sekarang, hanya jemari yang patah.Sugimoto sejak tadi tak diam, setiap beranjak, para pria paruh baya berterbangan dan menubruknya, apalagi dalam durasi sesingkat itu, membuat ia kesulitan menjangkau Yuusaku. Sugimoto jelas muak, Yuusaku nyaris saja menyakiti wajah pria terakhir yang belum tumbang dengan ujung runcing pecahan botol wine. Beruntung, Sugimoto dapat membanting Yuusaku ke sisi lain agar pertikaian sia-sia ini reda.

Samples Satu - straight

"Manisku, penjahat adalah manusia terpeka akan perubahan sikap sekitarnya. Dan kau mengkhianatiku semenit setelah menuduhku khianat." Logan mendesak Jess dengan merapatkan tubuhnya ke sisi si gadis.Jess bungkam dan meringis. Ia kesulitan bicara, napasnya masih menderu sehabis tadi nekat berlari padahal persendiannya masih berdenyut nyaring."Jika kau memang tak ingin menerima kenyataan; dimana kau kalah dan penjahatlah yang menang. Aku akan berikan satu permainan dimana sudah jelas, kau yang akan menang." Logan menyeringai, matanya menyipit menatap lantunan napas Jess yang disalahartikan oleh birahinya. Jess menampar Logan terlebih dahulu. Ketika Logan semakin tertarik pada Jess, Jess pun mulai terhanyut pada pandangan nakal dan sikap merayu kurang ajar yang entah bagaimana tercetak begitu menawan dalam matanya. Ia yakin, ia sakit sampai menaruh suka kepada penjahat ini!Logan menoleh kembali ke tambatan hati. Ia terkikik dan menggeleng maklum. "Kesempatan terakhir, kalau kau tidak mau, ketika aku berbalik, aku akan segera—""Bawel!" Jess mendorong Logan sampai akhirnya jarak hadir di antara keduanya. "Akan aku ambil itu! Jangan pernah mengganggu rencanaku lagi! Biarkan mereka melarikan diri ke tempat aman! Aku akan melakukan apapun meskipun aku harus mati!" erang gadis itu."Tak sampai sejauh itu, tapi kau boleh mempersiapkan dirimu." Seringai di wajah Logan semakin jelas. "Ikut aku, ke tempat ramai: ke surganya orang-orang nokturnal." Logan melangkah lebih dulu, lurus ke hiruk-pikuk di sisi jalan yang lumayan jauh—tempat para musafir berehat dan mengisi amunisi mereka.Jess sungguh ketakutan sekarang, tapi agak berdebar karena ia paham tempat macam apa di depan sana. "Jess, kau hanya perlu menahanku semalaman. Karena jika kau hanya menahanku sampai jam tujuh saja, aku masih bisa mencium darah orang-orang tua yang kau selamatkan." Logan begitu yakin. Kediktatorannya akan sesuatu yang belum dimiliki, sangatlah gigih.Jess memeluk diri sendiri, ia melirik ke samping karena telah tiba di muka pintu sebuah bar yang lengkap dengan penginapan. Logan menariknya ke dalam dekapan, Jess meringkuk takut. Logan nyaris mencumbunya sekarang karena reaksi lemah tersebut. Keduanya kemudian berjalan masuk."A-aku akan menahanmu di tempat ini, jadi ... mengaku kalahlah nanti!" Logan terkekeh. "Dengan senang hati."Petang hari merangkak naik menjadi malam. Pengunjung bar berdatangan, perempuan-perempuan yang bekerja di malam hari bergegas keluar dari tempat persembunyian mereka dan memamerkan keelokan paras juga tubuh seksi demi menarik banyak pelanggan. "Kau tidak penasaran, apakah aku sering ke sini?""Kau pasti sering ke tempat seperti ini, tidak aneh." Jess memalingkan muka melihat wanita yang mulai melayani di meja umum. "Uh, aku ingin pulang ....""Kita akan memesan satu kamar." Logan berbelok ke meja resepsionis. Jess terperanjat kaget, memesan kamar? Jadi bukan minum-minum saja?!"Tunggu!" Jess menjadi panik.Logan menyelesaikan berbagai kebutuhan pendaftaran secepat mungkin. Saat sadar, Jess sudah terduduk di kursi kayu depan meja serta membelakangi satu buah ranjang. Penolakannya tidak digubris sama sekali sejak di meja resepsionis."Bir atau anggur, kau mau apa?" Setelah melepas mantel dan menggantungkannya di balik pintu, Logan duduk merapat di samping Jess.Jess mendorong Logan, Logan terus mendekatinya, Jess mundur hingga punggung menyentuh sandaran kursi: yang artinya ia terblokade oleh sosok si bandit.Satu, dua, hingga tiga pertanyaan dilontarkan Logan, seputar; minuman apa yang hendak Jess coba? Apa dia pernah mencoba alkohol sebelumnya? Dan ia ingin mengetahui sedikit kisah dari mana asal kelincahan Jess ketika melakukan pertarungan satu lawan satu? Namun, Jess tetap memalingkan muka dan menggeleng pelan. Benar-benar seperti manekin, seperti buruan yang mati: Logan dibuat bosan."Kau membosankan. Ayolah! Ini baru jam delapan!" Logan tetap diabaikan. Lantas, pria itu mengembalikan gelas ke meja dengan dentuman lumayan keras, sudah sebotol bir ia habiskan tanpa menikmati rayuan dan obrolan. Tertarik kepada gadis desa memang lain, meski menjengkelkan, Logan tak membiarkan seringaiannya luntur sedikit pun. "Aku mudah bosan, Jess." Entah sejak kapan, ia lebih suka menjahili gadis tomboi itu. "Dan sekarang aku benar-benar bosan."Tidak ada reaksi apapun, Jess menunduk dan memainkan jemari."BAIKLAH! Aku akan pergi memburu kepala manusia!"Jess menjerit dengan suara gemetar."Ba-badanku sakit semua! Disini juga tidak nyaman! AKU TAKUT, TAHU!" Logan mengedipkan matanya berulang kali, walau wajah Jess menampilkan kemarahan; air matanya menetes dan ekspresi merengek yang imut sesekali tampil—yang amat ia tahan. Dengan kasar, Jess mengelap air mata.Hati Logan tersayat, bersimpati: perasaan yang tak tertahankan, membuatnya gila bahkan untuk gadis yang baru seharian ini ia temui. "Berbaringlah." Tanpa persetujuan—lagi—Logan menggendong tubuh ringan Jess, Jess memberontak, tapi punggungnya terbaring nyaman di atas ranjang. Ekspresinya berubah lebih baik. Cukup melelahkan pasti hari ini baginya.Logan tersenyum, merangkak ke atas tubuh Jess tanpa menindihnya, melingkupi Jess dengan tangan besar yang samar-samar menghantarkan kehangatan. Jess tersipu, mengerutkan kening dengan wajah kurang setuju."Sedikit merasa nyaman?" senyum tergurat kecil di wajah si bandit.Jess mengangguk, pandangannya terkunci pada pria di atasnya. "Ma-maaf aku tidak bisa banyak bicara, atau menemanimu bermain sesuatu seperti permainan kartu. Tempat ini membuatku kurang nyaman. Baru pertama kali ke sini. La-lalu tubuhku pegal-pegal, sepertinya a-ada yang membiru di kakiku." Semakin tersipu, semakin melantur gadis ini berkisah. Ia memeluk dirinya sendiri dan bergerak gelisah.Semua itu tampak seperti undangan bagi Logan: agar segera menanggalkan semua kain dari tubuh Jess dan menghangatkannya secara lebih intim. Mereka larut dalam momen saling menatap, dua pasang mata turun menyipit, kemudian wajah Logan menyerong dan bibirnya menyentuh bibir Jess. Jess menggeleng: menolaknya."Ini gila tapi," ujar Logan menaruh tangannya di pinggang Jess. Jess menggeliat lemah. "Aku menyukaimu." Keheningan merayap kembali saat Jess memberikannya tatapan tak menyangka.Baiklah, Logan agak malu sekarang. "Sial. Aku tidak bisa berujar puitis, Jess."Sebagai tanggapan, Jess menatapnya dengan alis yang turun. Ungkapan kata-kata itu penting bagi wanita, jika pria ingin memasuki momen romansa mereka."Oh baiklah. Kau cantik dalam berbagai hal."Jess tetap menatapnya, menahan senyum. Logan kebingungan dan perasaan malu semakin menyebar."Jess! Kumohon!" Pada akhirnya dia tetap memaksa. Jess meronta, ia malu jika melakukan hubungan intim di kondisi mereka yang berkeringat, lecet dan pernah terbanting ke tanah berulang kali.

Samples Dua - Yaoi

"Lho? Kok lumer! Mencair?!" Gawat, Joshua tidak peduli pada tetesan-tetesan cokelat yang mengenai tas maupun sampul buku, ia menyayangkan kenapa cokelat buatannya harus meleleh di detik-detik penyerahan?!"Astaga! Alumunium foilnya tidak menutup erat!" Dia kelabakan sendiri di tempat. Panik sepanik-paniknya menarik cokelat keluar dari dalam tas. Oh bagus sekali! Erangannya pertanda dia kesal. Benar-benar buruk penampilan si cokelat sekarang; tidak lagi berbentuk kotak, beberapa lelehannya keluar dari kertas, begitu cacat membuat Joshua harus meremas sisi bawahnya agar muat di tangan. "Sudah begini, tidak bisa kuberikan pada Mr. H." Joshua menghela napas. Ia tidak jadi menikmati hari kasih sayang, semua rencananya gagal total! Kakinya melangkah melewati ruangan guru. Tampaknya sengaja, ia ingin melihat rupa Hanekoma-sensei sebelum melampiaskan kekesalannya di rumah. Lihatlah, disana! Tetap saja Hanekoma-sensei tidak selesai-selesai dengan kerumunan. Joshua kali ini mengintip lebih dekat, apalagi kesibukan Mr. H?Uh oh, kali ini, Hanekoma-sensei yang memberikan cokelat-cokelat buatan tangan ke guru-guru di ruangan. Manis sekali, bentuk yang diberikan juga beragam. "Mr. H bahkan disaat seperti ini sempat-sempatnya membuat dessert. Maksudku, meski dia piawai, bukan berarti harus memberikan cokelat di hari valentine." Joshua mulai berderap menjauhi ruang guru. "Lagian, dia lebih cocok menjadi orang yang membalas di white day nanti." Ia meringis kemudian, betul-betul menyesal tidak memberikan cokelatnya di gerbang, alhasil dia tidak akan bisa mencicipi balasan pada 14 Maret nanti."Joshua?"Langkah kaki remaja itu terhenti. Ia menoleh ke sumber suara."Ada apa?" Hanekoma-sensei menyadari kehadirannya setelah membuang sesuatu ke tong sampah. "Kau baik-baik saja?"Joshua tersihir beberapa menit, Hanekoma-sensei cocok dengan sorot jingga khas petang hari. Ekhem, dia mulai berdeham. "Kenapa tiba-tiba bertanya begitu? Apa aku tampak seperti sakit perut?" Joshua melempar tawa kecil khasnya.Hanekoma berderap mendekat. Refleks Joshua menyembunyikan cokelat ke belakang tubuh. "Mungkin kau sedang sakit pantat, tanganmu berlabuh ke belakang sana.""He-hei, tanganku di belakang sini untuk pemanis postur tubuh!" Joshua kehabisan alibi. Namun, tubuhnya tak lari saat Hanekoma mendekat.Tangan besar yang halus itu menyentuh pergelangan tangan Joshua. Joshua menikmati sensasinya, sempat semburat merah mudah mampir di pipi."Cokelat dari siapa ini? Berantakan sekali." Nada bicara Hanekoma sungguh terkejut.Joshua membuang muka, berusaha merilekskan diri. "Bu-bukan dari siapapun. Aku merusaknya ketika hendak dimakan.""Kalau begitu, ayo tukeran cokelat!" Hanekoma-sensei berseru senang."Tiba-tiba sekali!" Lagian, Joshua ingin memberikan cokelat ini, bukan tukeran! Ternyata, dia masih menyimpan secuil harapan sebelum matahari benar-benar menghilang di telan bumi.Hanekoma-sensei menarik cokelat lolipop berbentuk kucing dari balik saku belakang. "Lihat ini! Lebih cocok kau makan ketimbang yang kau bawa. Kau berniat memakannya di kereta, bukan?"Menggemaskan, cokelat buatan Mr. H! Buru-buru Joshua memperbaiki sikap; nampak ragu dan sedikit malu-malu. "Itu memang benar ...."Hanekoma-sensei tidak mendengarkan alibi-alibi lain yang kemungkinan akan dilontarkan Joshua sebentar lagi, ia menarik tangan muridnya itu sampai keseluruhan cokelat tampil sempurna. Hanekoma-sensei mengambil alih si cokelat yang berantakan, kemudian menaruh cokelat kucingnya di atas telapak tangan Joshua."Cokelat ini dibuat dengan sungguh-sungguh, hanya kurang lama berdiam di freezer," ungkap Hanekoma-sensei dengan senyuman tipis yang menggambarkan ketakjuban mendalam.Joshua bergeming di tempat.Hanekoma mendekat, tangannya terangkat, berlabuh di puncak kepala pirang Joshua, detik selanjutnya tangan tersebut mengacak-ngacak rambut. "Cepatlah pulang, nanti ketinggalan kereta.""A-aku tahu itu!" Setelah usai rambutnya diacak, Joshua sedikit cemberut."Selamat hari kasih sayang, Joshua!" seru Hanekoma-sensei penuh seri."Uhm, ya. Selamat hari kasih sayang juga, Mr. H.""Sampai jumpa besok!""Ya! Sampai jumpa besok!" Tidak dapat dipungkiri, seruan perpisahan milik Joshua lebih melengking, sepertinya ketahuan kalau dia begitu gembira. Tentu saja gembira! Hari buruknya berubah menjadi hari paling menyenangkan di awal Februari ini. Joshua melihat punggung Hanekoma-sensei yang menjauh—kembali masuk ke ruang guru. Senyumnya tidak bisa ia tahan, mengembang bak anak tujuh tahunan. Ia melihat dengan pasti, Hanekoma-sensei mencicipi cokelat buatannya yang sudah jelek itu!Tidak masalah bila ia tidak mendengarkan tanggapan Mr. H, yang terpenting cokelatnya sudah ia beri, yang terpenting dia tidak absen dari keikutsertaan event tahunan."Tukeran cokelat, ya," bisiknya gemas sambil berjalan menuju gerbang. "Tidak buruk!"•••